SOSIAL MEDIA SEBAGAI PASAR BAGI MASYARAKAT MODERN DI TIMUR TENGAH
Globalisasi merupakan motor penggerak yang sangat baik bagi perkembangan semua aspek kehidupan ini. Dewasa ini globalisasi telah membawa berbagai perkembangan dan kemajuan pesat dalam dunia teknologi dan informasi. Hal ini terbukti dari pesatnya perkembangan informasi, komunikasi dan teknologi. Dalam era globalisasi sekarang ini, keadaan ini terus terjadi dan berkembang pesat, dan kemajuan telah dicapai, salah satunya adalah kemajuan teknologi informasi. Adanya kemajuan teknologi informasi didukung dengan tidak adanya hambatan ruang dan waktu tempuh serta banyaknya penemuan dan penggunaan berbagai alat teknologi informasi yang dapat menunjang kebutuhan hidup. Internet adalah salah satu kemajuan teknologi yang dapat dirasakan di abad ini. Internet merupakan sebuah sistem komunikasi yang mampu menghubungkan jaringan-jaringan komputer di seluruh dunia. Dengan adanya internet, sebuah komputer akan dapat berhubungan dengan komputer lain di mana pun berasal asalkan memiliki fasilitas internet. Dari satu fungsi itu internet semakin berkembang dan memiliki banyak manfaat bagi perkembangan dunia diantaranya untuk kegiatan berbelanja berbagai produk.
Berbelanja merupakan salah satu kegiatan yang paling digemari masyarakat pada saat ini. Belanja dapat dilakukan oleh remaja dan dewasa, tanpa memandang usia, pria maupun wanita. Dengan perkembangan zaman, semakin mudah bagi orang untuk berbelanja. Saat ini sudah banyak platform belanja online yang semakin memudahkan kita dalam memenuhi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari, aktivitas belanja semacam ini disebut belanja online (olshop). Belanja online (online shopping) adalah proses di mana konsumen secara langsung membeli barang-barang, jasa dan lain-lain dari seorang penjual secara interaktif dan real-time tanpa suatu media perantara melalui Internet (Mujiyana & Elissa, 2013).
Toko virtual ini mengubah paradigma proses membeli produk atau jasa dibatasi oleh toko atau mall. Proses tanpa batasan ini dinamakan belanja online Business to Consumer (B2C). Ketika pebisnis membeli dari pebisnis yang lain dinamakan belanja online Business to Business (B2B). Keduanya adalah bentuk e-commerce (electronic commerce). E-commerce digambarkan seperti melakukan transaksi produksi, presentasi, penjualan, asuransi, distribusi dan pembayaran barang dan jasa dalam domain elektronik. Perkembangan teknologi informasi yang merupakan cara efektif untuk menyediakan pengaturan baru untuk hubungan antara perusahaan dan klien, memunculkan pekerjaan baru dan alat komersial (Crespo dan del Bosque, 2008). Di abad ke-20 ini kita tidak asing lagi mendengar istilah belanja online. Sebelum adanya pandemi virus Covid-19, masyarakat sudah memiliki minat untuk melakukan belanja secara online yang tinggi. Namun, sejak pandemi virus corona, minat masyarakat terhadap aktivitas belanja online semakin meningkat. Belanja online dinilai lebih banyak memberikan kemudahan bagi masyarakat satu hal yang bisa kita lihat adalah belanja online bisa dilakukan di mana saja, kapan saja, dan tidak di tempat keramaian. Karenanya, belanja online kini menjadi budaya populer yang berkembang di masyarakat.
Jika diamati lebih dalam, segala bentuk perkembangan dapat saja dikategorikan sebagai budaya populer. Perkembangan dalam hal berbelanja, misalnya, merupakan salah satu contoh yang paling dekat. Menurut O’Brien and Szeman dalam Danesi (2004: 7) budaya populer atau budaya pop adalah budaya yang ada karena sekelompok orang membuat atau melakukannya untuk diri mereka sendiri. Oleh karena itu budaya ini semakin banyak diterima masyarakat sehingga muncullah budaya populer. Budaya pop seperti belanja online tidaklah berkembang dengan sendiriniya namun dapat terwujud karena didukung oleh gabungan dari media, teknologi dan bisnis. Adapun definisi budaya populer menurut Storey (2003: 10). Budaya populer (pop culture) dan media baru selalu menarik untuk dikaji. Eksistensi budaya populer merupakan refleksi dari peradaban manusia pada periode waktu tertentu. Budaya populer sering dianggap sebuah kewajaran sebagai hasil dari penggunaan teknologi, media dan atau medium baru. Burton menyebut eksistensi budaya populer didominasi oleh produksi dan konsumsi barang-barang material seperti peralatan domestik dan clothing (Chaniago & Kartini, 2011). Selain itu, budaya populer yang didukung oleh industri budaya telah mengonstruksi konsumsi masyarakat sekaligus menjadikan artefak budaya sebagai komoditi (Ibrahim, 2007).
Berbelanja dengan sistem online merupakan salah satu gaya hidup atau populer culture yang mulai digandrungi sekarang. Budaya populer dalam bentuk pasar virtual telah mengubah tatanan sosial. Organisasi sosial seperti pasar tradisional, warung, perkampungan, dan perkumpulan kini kewalahan dengan teknologi yang disebut internet. Ruang interaksi yang ada dalam ranah sosial pasar tradisional kini digantikan oleh benda-benda elektronik seperti komputer atau telepon genggam.
Timur Tengah adalah wilayah geografis unik yang tersebar di tiga benua. Ini mencakup beberapa negara penghasil minyak yang sangat kaya seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, bersama dengan ekonomi berbasis lebih luas seperti Turki dan Mesir. Timur Tengah adalah salah satu pasar E-commerce dengan pertumbuhan tercepat di seluruh dunia. Konsumen Timur Tengah, khususnya mereka yang berada di negara-egara Teluk, dikenal sebagai orang-orang yang paling terkoneksi dan dianggap digitally savy. Meskipun masih belum semaju atau serumit pasar di Amerika Serikat atau banyak negara di Eropa, kawasan ini mengalami ledakan yang tak terbantahkan. Diperkirakan bahwa penjualan online di Timur Tengah saat ini hanya setara dengan 2% dari total pendapatan ritel, dibandingkan dengan 15% di wilayah yang lebih maju. E-commerce di Negara-negara Teluk saja diperkirakan meningkat empat kali lipat dari keuntungan $ 5 miliar yang terlihat pada tahun 2015 menjadi $ 20 miliar sebelum tahun 2020. Ada beberapa analis yang bahkan melaporkan perkiraan keuntungan sebesar $ 48,8 miliar pada tahun 2021. Sementara itu, portal survei Statista menemukan bahwa penetrasi pengguna e-commerce di Timur Tengah dan Afrika mencapai 54,6% pada tahun 2018 dan akan berkembang hingga 58,8% pada tahun 2022.
Pasar E-commerce di Timur Tengah sedang booming dan diperkirakan akan terus tumbuh. Diperkirakan, di seluruh Timur Tengah dan Afrika, E-commerce akan tumbuh sebesar 20% dalam lima tahun ke depan, melampaui pertumbuhan global sebesar 13%. Di seluruh Timur Tengah, Instagram memiliki total 63 juta pengguna, mewakili sekitar 10% pengguna global untuk platform tersebut. Statistik dapat dijelaskan oleh proporsi besar kaum muda yang tinggal di daerah ini. Lebih dari 28% populasi berusia antara 15 dan 29 tahun. Memanfaatkan penggunaan ponsel cerdas di antara demografi ini adalah cara yang pasti untuk mengikuti tren peningkatan E-commerce di Timur Tengah.
Total Retail PwC telah melakukan survei pada tahun 2017 untuk memahami lebih dalam terhadap tren pembelian di Timur Tengah. Dari survei tersebut disimpulkan bahwa kalangan muda merupakan kalangan yang cenderung melakukan online shopping, di mana didominasi oleh mereka yang berusia antara 18 hingga 24 tahun, dengan frekuensi paling tidak sekali dalam satu bulan. Bahkan, ada jumlah yang cukup signifikan terhadap wanita di Uni Emirat Arab yang lebih memilih online shopping, di mana sekitar satu per tiga dari responden yang melakukan pembelanjaan online, melakukannya setidaknya setiap minggu. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan belanja online telah menjadi suatu budaya populer di Timur Tengah. 48% konsumen juga menyatakan bahwa mereka melakukan pembelian kembali karena penawaran yang menarik, yang dikomunikasikan kepada mereka melalui media sosial.
Beberapa situs e-commerce unggulan yang ada di Timur Tengah di antaranya adalah Amazon yang telah mengakuisisi Souq. Noon, Wadi, Namshi, Wysada, Mumzworld, dan MarkaVIP. Tiga situs pertama merupakan tiga situs yang paling terkenal dan paling banyak digunakan di Timur Tengah.
Pertanyaan Penelitian
- Bagaimana pop culture berbelaja online dapat dengan cepat menyebar di Timur Tengah?
- Bagaimana komunikasi yang terjadi sehingga memengaruhi konsumen Timur Tengah menjadikan belanja online sebagai pop culture?
- Bagaimana sosial media menjelma sebagai pasar baru untuk masyarakat modern di Timur Tengah?
Referensi
Chaniago, R.H & Kartini, F.H.B. (2011). Budaya Populer dan Komunikasi: Impak Kumpulan Slank Terhadap Slankers di Indonesia. Jurnal Komunikasi, Malaysian Journal of Communication Jilid 27(1): 91–100.
Danesi, Marcel, dan Peron. 2004. Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semoitika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra
Elissa, Ingge dan Mujiyana. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang mepengaruhi Keputusan Pembelian Via internet pada Toko online. Jurnal Ekonomi Manajemen Universitas Diponegoro.
Herrero Crespo, A., & Rodriguez del Bosque, I. (2008). The Effect of Innovativeness on the Adoption of B2C E-commerce a model based on the Theory of Planned Behavior. Comput.Hum.Behav, 2830–2847.
Ibrahim, Idi Subanciy. 2007. Budaya Populer Sebagai Komunikasi: Dinamika Popscape dan Mediascape di Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Jalasutra.
Yuhelizar. 2008. 10 Jam Menguasai Internet Teknologi dan Aplikasinya, Jakarta: PT Elex Media Komputindo
https://www.webretailer.com/b/online-marketplaces-middle-east/
https://www.entrepreneur.com/article/328467
https://istizada.com/blog/e-commerce-in-the-middle-east/
https://www.abouther.com/node/28601/people/features/online-shopping-saudi-arabia-jumps-400